Alternatif
The complexity of Barrizie's
Je suis juste un de ces gars qui sont ici pour corriger les bogues dans le système. Cette chose toute la vie a fait quelques bugs. Vous ne savez pas à plusieurs reprises nous avons eu que des problèmes d'extinction de masse. ooh et ouais. Je suis un débatteur, penseur, philosophe placard, un scientifique en herbe, l'économiste et homme politique, operagoer junkie, accro bordeaux et trouble de l'absurdité :)
Kamis, 12 Juni 2014
Pendidikan Karakter dan Anti-Korupsi
Alternatif
Kamis, 01 Desember 2011
Dearth Of Existence?
Keindahan nyata itu selalu tampak klisye. Suatu keadaan klasik di mana saya sering merasa kesepian di dalam keramaian dengan balutan kesenangan yang terlihat begitu nyata buat mereka. Paradoks! Ya, kekejian paradoks klisye itu selalu tampak lebih nyata. Siapa biang keladinya? Keadaan? Ataukah diri sendiri yang memandang sebuah panorama keadaan dengan realis yang berlebih sehingga menjadi pribadi yang pesimis dan bahkan menjadi naive dan tak ada harapan?
Prodigal just isn't about you waste your own wealth, lucre, time, something material or even immaterial. There are things out there which can't be determined as a material nor immaterial. I'm perplexed a lot how to prevent not to be a persona non grata, for people literally were born with the imperfection, though some people convey human being is a handmade of God which is flawless. There's a question from me to my logical sequence of thoughts. Who frankly judges ourselves till we are being a person who is paucity of existence? The problem of inner peace inevitably bulks large in today's concerns. This is sorta disaster! I have question whom I, myself, couldn't give the apt words for it. Ultimately, I'm immersed in illogical sequence of my own thoughts! And it's getting worse since the table's turned by now. I ask myself afresh then.Will adage be an appropriate guide toward this complexity of life? And will it transform the exquisite philosophical words to a truly action?
There's a thing that I do fervently trust in besides God's miracles and existence, viz. there will literally be an imperfection though, but there will eternally be an azure sky as well. The case's supposed to be like that. Tranquility makes me look as a judicious sort, but it does not last. Yea, classically nothing lasts forever. I'm just one of those guys who are here to fix the bugs in the system. This whole life thing has quite a few bugs. You don't know many times we had that mass extinction problems. See? I'm dazzled by my own stand.
Saya butuh sebuah kenyamanan dan ketenangan yang nyata. Sebuah mindset yang seharusnya tak perlu lenyap untuk menyelamatkan inner dan outer space kehidupanku. Api itu selalu ada, namun air juga ada untuk melenyapkannya dan saya yakin hal itu. Saya ingin melakukan sebuah transformasi terhadap keberadaan klisye saya menjadi keadaan yang benar-benar nyata. Saya takut untuk memulai, karena saya berada dalam situasi "pancaroba". It shouldn't have mattered, though. It perceives like a procrastination circumstance which is made by my "prodigal" character.
I created it just trying to encourage my own self. People have no idea with my fucking circumstance which means I can't share the details. Yes, There I said!
Jumat, 21 Oktober 2011
April 23: World Book Day
The Day may be placed within the context of the United Nations Literacy Decade (2003-2012), the theme of which is "Literacy as Freedom", thus calling to mind the emancipatory effect of books. Such linkages are of the essence, especially if the book is to be a major medium for teaching men and women, as well as the most marginalized social groups, to read and write at a time when one adult in five worldwide can do neither.
The book, an instrument of knowledge and a means of sharing, must further each person's education, fulfilment and empowerment. It thus contributes to enjoyment of the universal right to education and to effective participation by each individual in social, political and cultural life.
Furthermore, having only recently celebrated the 60th anniversary of the Universal Declaration of Human Rights, we must stress that books are of no avail if we do not guarantee their free circulation. Concern over the "free flow of ideas by word and image", enshrined in UNESCO's Constitution, must be kept alive so that we can continue to promote universal access to books. As you can see, it is both our understanding of genuine quality education for all, and respect for the universality of human rights and fundamental freedom for all; that are at stake in issues relating to the book and its circulation.
On the occasion of the 14th World Book and Copyright Day, I therefore solemnly call on all countries and on UNESCO's partners and friends to join us in common reflection on the place of the book in our educational and cultural policies and on its contribution to the emergence of creative diversity that is deemed more useful than ever.
- Promote international and intercultural understanding;
- Expand the volume and variety of cultural content on the Internet;
- Provide resources for educators, scholars and general audiences;
- Build capacity in partner institutions to narrow the digital divide within and between countries."
A Gilded Age View of Richard Grant White
William Byrd
If you look up William Byrd in an encyclopedia his birth date will often be succeeded by a question mark. It is, indeed, indefinite. It is just possible he was born as early as 1534, but more likely in 1543, depending upon whether the Wylliam Byrd who became a chorister in Westminster Abbey in 1543 is the composer, or simply another lost William Byrd. His birth place is usually given as Lincoln, since he has strong Lincoln associations later in life, but if the Westminster chorister and Byrd are the same, London is a more likely birth place. In any event, there is no doubt he died in 1623, aged at least 80.
It is a near certainty that Byrd sang in the Chapel Royal during the reign of Mary I under Thomas Tallis. In his mid-twenties he is found as organist and choirmaster of Lincoln Cathedral. He was named a gentleman of the Chapel Royal under Elizabeth, in 1572 and worked there as organist, singer and composer for many subsequent years. He published a collection of motets with Tallis before Tallis' death, and composed Ye Sacred Muses as an elegy to the departed Tallis.
In spite of Byrd's employment writing for the Protestant Church of England under Elizabeth, he seems to have harbored strong personal Catholic sympathies, and wrote a good deal of music for the Mass in his later years, apparently celebrating Mass secretly with his co-religionists. Even though Byrd composed and openly published Catholic music he was not molested by the state, though some of those in possession of his printed music certainly were. He composed prolifically throughout his very long life, and after Orlando Gibbons, is often considered the greatest of Elizabethan-Jacobean composers.
Minggu, 10 Juli 2011
Immersed ?
Guys, kita sering dengar adage atau proverb kuno bahwa jangan berpikir hanya kita sajalah punya masalah yang tidak punya solusi nya. Terlalu naïve untuk tenggelam di dalam kekelaman yang nyatanya kita punya cahaya untuk melawan kekelaman itu. Saya juga punya masalah. Kehidupan keluarga yang berada di bagian bawah roda saat ini. Impian yang tertunda karena finansial yang terhitung lemah. Dan masih banyak lagi. Tapi saya selalu mengingatkan diri saya agar eternally I've to have a logical sequence of thoughts. Saya tidak menyinggung siapa-siapa di sini. Kita hanya butuh pengorbanan sedikit lagi untuk kesekian kalinya. Berusaha untuk sabar, berusaha untuk ikhlas. Waktu selalu berjalan dan perlahan akan membantu kita untuk bisa ikhlas dan tulus serta bersyukur dengan apa yang terjadi terhadap kita. Jangan menganggap bahwa ini adalah hal mudah bagi saya. Tidak! Ketika kita menyuruh individu untuk bersabar dan ikhlas maka bersiaplah kesabaran dan keikhlasan kita untuk diuji. Yang berarti, saya pribadi akan merasakan pahitnya perjalanan dan akan merasakan indahnya bersabar dan ikhlas. Berkali-kali saya gagal. Berkali-kali pencapaian saya tidak mendapatkan apresiasi yang sewajarnya. Berkali-kali saya dikecewakan. Berkali-kali kesabaran saya diuji dan berkali-kali saya masih belum bisa memastikan keikhlasan yang saya jalani adalah sebuah keikhlasan. Tapi ingat, try to forgive yourself and keep on moving. I do, you do, and all of us do know it's kinda arduous to do. God's with us no matter what. Remember, Dia lebih dekat dari urat nadi yang ada di leher mu. Kepedihan, kesedihan, tangis, dan harapan itu adalah bagian dari dinamika yang harus dihargai. Ikhlas itu sabar, sabar itu menerima, menerima itu selalu berusaha, di dalam usaha yang keras terdapat tekad dan tawakkal yang tak terkalahkan. Kita sering jatuh, tapi kita bangkit lagi. Namun kita jatuh lagi, tapi tak henti-hentinya kita untuk bangkit lagi. Dan untuk kesekian kalinya kita jatuh, dan di saat inilah kita sungguh-sungguh bangkit dan berjanji untuk selalu bangkit dan tidak terpuruk lagi. Selalu yakin pasti ada yang terbaik dari hasil pengorbanan dan usaha kita.
Goodies, pada hakikatnya kita tahu apa yang harus kita lakukan. Apa yang sudah saya katakan di atas adalah salah satu wujud perlawanan saya untuk melawan keegoisan kita untuk selalu menyerah. Banyak di luar sana yang telah mencapai beberapa target mereka dan ada pula yang belum mencapai pencapaian terbaiknya. Jangan sampai kita berjalan di atas situasi "putih" yang membingungkan kita sampai keadaan fatal yang mengakibatkan kita tak dapat melihat arah. Hanya sebuah ruangan putih kecil yang tak ada arah. Ironis! Saya berharap selalu ada keikhlasan di dalam usaha keras kita. Have a nice day people! :)
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Selasa, 21 Juni 2011
Langkah Pak Harto Part II
Hey guys.. I want proceeding the story about Soeharto, though it's a wee bit only of it, but it will be nice. Trust me! Hehehe ;).. Let's move...
Well, I will proceed Soeharto's reign on April 1973. Check this out!
3 April 1973..
Hari ini Presiden Soeharto menerima Menteri Penerangan Mashuri SH di Istana Merdeka. Selesai menghadap Presiden, Menteri Penerangan mengatakan bahwa Presiden Soeharto telah merestuinya untuk mengadakan kerjasama dengan universitas-universitas guna merumuskan konsep dalam rangka pembangunan bidang penerbitan, terutama dalam rangka mempersiapkan diri dalam menghadapi Pelita II! *hmmm mengadakan kerjasama.. Let's think about it. There's an political intervention there #IMHO :p*
• Nah, usai menerima Menteri Penerangan, Presiden Soeharto mengadakan pertemuan dengan Prof. Widjojo Nitisastro, Prof. Mohammad Sadli, Dr. JB Sumarlin, Dr. Emil Salim dan Menteri/Sekretaris Negara Sudharmono *lagi dan lagi saya minta koreksinya kalo ada yang salah sama nama dan info nya*. Pertemuan tersebut membahas dampak kenaikan harga minyak, terutama terhadap tarif angkutan darat, laut, dan udara.
Next...!!!
4 April 1973..
Sekitar pukul 09.00 dan 10.00 pagi ini, secara berturut-turut Presiden Soeharto menerima surat-surat kepercayaan dari Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Irak, Fadhil Salman Al-Assaf, dan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Kerajaan Muangthai, Kasem S Kasemsri, di Istana Merdeka.
Kepada Duta Besar Irak, Presiden Soeharto menegaskan kembali dukungan Indonesia terhadap perjuangan yang adil dan benar dari bangsa-bangsa Arab, termasuk bangsa Arab Palestina (kalo gak salah), dalam mempertahankan haknya. Dukungan yang diberikan bangsa Indonesia ini didasarkan pada rasa ssaling menghormati kedaulatan penuh dan memahami kemerdekaan masing-masing bangsa, di samping karena Indonesia benar-benar memahami apa arti kemerdekaan bagi suatu bangsa! *ya mungkin iya bener Indonesia memahami benar-benar arti kemerdekaan suatu bangsa DULUnya. Now?! I've no idea. It's arduous to be pessimist towards gov.* #justsaying ;))
Okay, hmm.. Kalau tidak salah, dalam pidatonya, Duta Besar Al-Assaf menyampaikan penghargaan Pemerintah dan rakyat Irak atas sikap Pemerintah dan rakyat Indonesia yang terpuji dan tulus dalam membantu perjuangan bangsa Arab Palestina. *woohoww!! Standing ovation!! Prok prok prok!! Great Indonesia hehe*
Sementara itu, kepada Duta Besar Muangthai yang baru, Presiden Soeharto mengungkapkan penilaiannya terhadap ASEAN sebagai suatu lembaga yang sangat penting artinya, bukan hanya karena hasil-hasil lahiriah yang telah dicapainya, melainkan juga karena jiwa dan semangatnya. Dikatakan oleh Presiden bahwa ASEAN dapat membangun proyek-proyek bersama. Menurutnya, proyek-proyek bersama itu selain memberikan manfaat bagi kesejahteraan anggota-anggota ASEAN, dapat pula membantu menciptakan ketahanan nasional masing-masing negara, menuju kepada ketahanan regional Asia Tenggara.
Dalam pidato penyerahan surat kepercayaannya (wow! Apparently many speeches had delivered there), Duta Besar Kasem Kasemsri mengatakan bahwa kedua bangsa sudah sejak lama menikmati ikatan persahabatan, sehingga tidak ada alasan bagi keduanya untuk tidak memiliki pandangan yang sama, perasaan yang agung dan cita-cita yang luhur yang dapat diabdikan bagi kepentingan perdamaian, kebebasan dan persahabatan bangsa-bangsa, terutama di kawasan Asia Tenggara ini.
• Pagi menjelang siang di Istana Negara Presiden Soeharto melantik Prof. Dr. Ali Wardhana menjadi Menteri Keuangan (bandingkan sama SMI a.k.a Sri Mulyani), Jenderal Soemitro menjadi Panglima Kopkamtib/Wakil Panglima Angkatan Bersenjata, Mayjen. Ali Said menjadi Jaksa Agung, dan Drs. Rachmat Saleh menjadi Gubernur Bank Indonesia. Dalam pidato sambutannya, Presiden antara lain mengatakan bahwa di dalam melaksanakan konstruksi yang segi-seginya semakin rumit itu diperlukan laporan yang mengandung kebenaran, bukan penilaian yang hanya bertujuan untuk menyenangkan atasan saja!
Presiden mengakui bahwa meskipun perkembangan di bidang ekonomi dan politik dalam masa kerja Kabinet Pembangunan I menunjukkan garis naik, akan tetapi tidak semua sempurna (nothing's perfect, Mr. President!). Oleh sebab itu ia secara khusus meminta kepada para menteri dan pejabat tinggi negara untuk menyusun program-program kerja yang lebih tepat dan di-KIS-kan dalam rangka kesatuan bulat kebijaksanaan dan langkah tunggal Pemerintah.
Lanjuuuut..!!
7 April 1973..
Pada hari ini, sejumlah 55 orang pengusaha Amerika Serikat mengadakan kunjungan kehormatan kepada Presiden Soeharto di Istana Merdeka. Maksud kunjungan mereka adalah dalam rangka mendapatkan informasi langsung mengenai aspek-aspek penanaman modal di Indonesia. Kepada para usahawan Amerika ini Presiden Soeharto menegaskan sikapnya yang membuka kesempatan bagi investor asing untuk menanamkan modal mereka di sini, dengan bertujuan untuk memperlancar proses pembangunan kita (kinda great though). Dalam uraiannya, Presiden juga menguraikan secara panjang lebar mengenai Repelita II yang memerlukan dana yang besar terutama dalam bidang industri pengolahan. Adapun bidang-bidang yang masih terbuka untuk penanaman modal dari luar negeri adalah pertambangan, perhubungan, pengusahaan kayu hutan berikut industri pengolahannya.
• Sebelumnya, di tempat yang sama, Presiden Soeharto menerima kunjungan kehormatan Menteri Pertahanan Australia, Lance Bernard, beserta rombongan. Lance Bernard berada di Indonesia antara lain dalam rangka penyerahan 16 buah pesawat tempur Sabre bantuan Pemerintah Australia kepada AURI.
4 hari kemudian..
11 April 1973..
Dalam sidang paripurna Kabinet Pembangunan II yang berlangsung pagi ini di Bina Graha, Presiden memberikan petunjuk kepada semua menteri untuk menyusun kebijaksanaan dan rencana kerja. Dengan demikian akan dapat dicapai koordinasi, integarsi, dan sinkronisasi (KIS) dalam tugas setiap departemen dan non-departemen.
Sidang paripurna yang pertama ini telah memutuskan untuk mengalokasikan 65% kredit investasi kepada golongan ekonomi lemah, sedangkan sisanya diberikan kepada golongan ekonomi kuat. Untuk menjamin kelancaran kegiatan ekonomi dan pembangunan, kabinet juga memutuskan untuk menurunkan suku bunga kredit, deposito dan Tabanas yang akan berlaku mulai besok (tanggal 12 April).
14 April 1973..
Dua hari setelah sidang paripurna, Brigjen. Bustanil Arifin, Deputi Kepala Bulog, siang ini menghadap Presiden Soeharto di Bina Graha. Dalam pertemuan selama lebih kurang setengah jam itu Presiden telah membahas dan memberikan petunjuk kepada Bulog menyangkut persiapan-persiapan pengadaan beras di dalam negeri melalui pembelian-pembelian kepada para petani. Pembelian ini diperlukan mengingat mulai tibanya musim panen.
16 April 1973..
Presiden Soeharto, selaku Bapak Pramuka Tertinggi, bertempat di Cibubur, Jakarta Timur, pagi ini membuka Jambore Nasional 1973. Upacara pembukaan jambore ini ditandai oleh sebuah acara menarik, yaitu "Dialog Transmigrasi", yang dibawakan oleh dua orang Pramuka Pembina secara bersahut-sahutan, dan dilanjutkan dengan nyanyian "Padi Ditumbuk Menjadi Beras". (What a day! :D)
• Malamnya, Presiden Soeharto menghadiri acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang diselenggarakan di Istana Merdeka. Dalam sambutannya Pak Harto mengatakan bahwa rasa keadilan memanggil kita untuk menghapuskan penindasan yang kuat terhadap lemah. Rasa keadilan dan persaudaraan yang menjadi tiang utama ajaran agama mewajibkan kita membangun masyarakat yang dapat mencegah timbulnya jurang pemisah antara yang kaya dan miskin. Menurut Presiden, para nabi sebelumnya telah merintis pembangunan masyarakat yang meliputi pembangunan materil dan spirituil dengan agama-agama yang diturunkan Tuhan. "Karena itu", demikian ditegaskan oleh Presiden, "membangun masyarakat jelas merupakan tugas agama".
Lima hari setelahnya...
Masalah transportasi telah dibahas secara menyeluruh oleh Presiden Soeharto dengan beberapa menteri serta Pangkopkamtib Jenderal Soemitro dalam suatu pertemuan yang berlangsung di kediaman Presiden di Jalan Cendana mulai pukul 09.00 pagi ini. Para menteri yang menghadiri pertemuan ini adalah Menteri Perhubungan Emil Salim, Menteri Penertiban Aparatur Negara JB Sumarlin, Menteri Pertambangan Sadli, dan Menteri Keuangan Ali Wardhana.
23 April 1973..
Presiden Soeharto menganjurkan agar negara-negara anggota ASEAN dapat mengembangkan "masyarakat kertas koran ASEAN" sehingga kebutuhan kertas koran bagi ASEAN dapat dipenuhi oleh negara-negara ASEAN sendiri. Untuk maksud ini Indonesia setidak-tidaknya harus dapat menghasilkan kertas koran sejumlah 60.000 sampai 70.000 ton setahun. Menteri Penerangan Mashuri mengatakan hal ini setelah ia menghadap Presiden Soeharto di Istana Merdeka pagi ini.
24 April 1973..
Pagi ini Presiden Soeharto memimpin sidang Dewan Stabilisasi Ekonomi Nasional yang berlangsung di Bina Graha. Sidang memutuskan untuk menaikkan semua tarif penumpang angkutan udara sebesar 10% dan mulai berlaku besok. Menurut Menteri Perhubungan Emil Salim, penyesuaian tarif angkutan udara ini diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan-perusahaan angkutan udara, keselamatan penerbangan dan pemeliharaannya. Langkah kebijaksanaan ini juga diambil karena pengaruh perkembangan ekonomi dan moneter internasional, selain akibat kenaikan biaya eksploitasi dan perlunya dana investasi armada penerbangan.
Well.. Next..!!!
25 April 1973..
Presiden Soeharto menyambut baik doktrin FBSI yang berdasarkan pada Pancasila; selain itu Kepala Negara juga sangat menghargai usaha-usaha FBSI yang telah berhasil menyatukan semua organisasi buruh Indonesia ke dalam suatu federasi. Demikian diungkapkan oleh Menteri Tenaga Kerja, Trasmigrasi dan Koperasi, Subroto, kepada pers setelah ia dan 11 orang pimpinan FBSI diterima Presiden Soeharto di Bina Graha pagi ini.
26 April 1973..
Diantar oleh Menteri Pertambangan Prof. Sadli, Menteri Pertambangan Birma, Komodor Thaun Tin, mengadakan kunjungan kehormatan kepada Presiden Soeharto di Istana Merdeka. Menurut Prof. Sadli, Menteri Pertambangan Birma ingin mempelajari pengalaman Indonesia dalam hal pertambangan, khususnya pertambangan minyak. Ditambahkannya bahwa pejabat tinggi Birma itu sangat terkesan akan sistem production sharing (bagi hasil) yang dipraktekkan Indonesia.
• Pagi ini pula, di tempat yang sama, Kepala Negara menerima kunjungan delegasi Parlemen Yugoslavia yang dipimpin oleh Ketua Parlemennya. Dalam pertemuan tersebut, selain menawarkan kesediaan negaranya untuk meningkatkan kerjasama dalam bidang pembangunan, Ketua Parlemen negara sahabat ini juga telah mengulangi undangan negaranya kepada Presiden Soeharto untuk mengunjungi Yugoslavia.
27 April 1973..
Bertempat di Istana Merdeka, Presiden Soeharto pagi ini menerima kunjungan kehormatan Wakil Perdana Menteri/Menteri Luar Negeri Republik Federasi Jerman, Walter Scheel, di Istana Merdeka. Pada kesempatan ini, pemimpin Jerman Barat itu telah menghadiahkan sebuah traktor mini kepada Presiden Soeharto, sementara Kepala Negara menyerahkan sebuah bingkisan cerutu kepadanya.
• Pagi ini pula Presiden Soeharto menerima utusan khusus Presiden Park Chung Hee dari Korea Selatan. Kepada Presiden Soeharto, utusan khusus Kyu Hak Choi menjelaskan tentang perkembangan terakhir perundingan yang dilakukan negaranya dengan pihak Korea Utara dalam rangka usaha penyatuan kedua Korea.
And the last day on this April..
30 April 1973..
Presiden Soeharto hari ini meresmikan bendungan dan PLTA Riam Kanan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Dalam pidato sambutannya, Kepala Negara antara lain mengatakan bahwa perbedaan-perbedaan yang terjadi dalam pembangunan di daerah-daerah selama ini mencerminkan keterbatasan kemampuan kita. Keterbatasan kemampuan itu mengharuskan kita untuk menentukan prioritas pembangunan secara tepat. Demikian dikatakan Presiden Soeharto. Presiden dan rombongan tiba di Banjarmasin pagi ini, dan segera kembali ke Jakarta selepas acara peresmian.
Done! So far, kekakuan dan kekurangan tentang Soeharto tidak terlampirkan di sini. Saya mohon koreksinya dan mungkin juga kalau anda-anda sekalian punya info yang lebih tentang ini, yuk silahkan :-).
Powered by Telkomsel BlackBerry®